K.H. Syaikh Syarif Nurkholis
Karangwangkal Purwokerto Jawa Tengah
Awalnya saya suka menertawakan orang-orang yang berdzikir Laa Ilaaha Illallah dengan suara lantang dan keras sekali sembari menggoyang-goyangkan kepala dan anggota badannya. Seperti orang tidak waras saja,begitu pikirku.
Memang saya tidak pernah menentang atau bahkan sampai menjelek-jelekkan mereka,cuma saya merasa tidak sreg saja dengan polah tingkah mereka.
Namun lama kelamaan timbul juga rasa penasaran di hatiku,siapa mereka dan apa enaknya berdzikir dengan gaya dan model yang aneh begituan. Setiap hari aku selalu memikirkan dan terus berusaha mencari informasi tentang jamaah "gela gelo" -soalnya kalau sedang dzikir kepalanya bergoyang-goyang alias gelagelo- ini.
Kebetulan salah satu dari jamaah TPQ Al Wasilah yang saya kelola sudah ada yang ikut jamaah "gela gelo" ini. Alhasil dari ngobrol-ngobrol dengan temanku itu aku jadi tertarik juga untuk mengenal lebih jauh jamaah dzikir itu.
Setelah skian lama mempertimbangkan dan menunggu,akhirnya bertepatan dengan malam 11 dzul hijjah 1426 hijriyyah, saya ikut berangkat untuk mengikuti pengajian "welasan" yang rutin di adakan di Pondok Pesantren Assalafiyyah Karangwangkal Purwokerto Utara. Selain untuk mendengarkan mauidhoh khasanah dari sang Kyai pondok ini,saya juga sudah berniat untuk sowan kepada sang Kyai.
Begitu saya sampai di Pondok Pesantren tempat di selenggarakannya acara "welasan",saya tidak bisa berkata apa-apa. Batinku bergetar mendengar gemuruh suara kalimat Thoyyibah yang menyembur keluar dari dalam pondok. Laksana suara gelombang air bah,menderu dan saling bersahutan. Aku seperti di hamtam oleh gelombang tsunami mendengar gema kalimat thoyyibah yang di suarakan oleh jamaah "welasan" ini.
Serasa semua tulang-tulang dibadanku di cabuti satu persatu. Lemas dan lunglai keterjang deru suara dzikir ratusan anggota Jamaah Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah yang di pimpin langsung oleh Kyai Haji Syaikh Syarif Nurkholis atau sering di panggil dengan sebutan "Mbah Nur".
Ratusan orang tenggelam dalam lautan dzikir kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH,tak perduli dengan gegap gempitanya kota Purwokerto ataupun beban kehidupan lainnya. Inilah pengajian "welasan" di Ponpes Assalafiyyah jl Suparno Karangwangkal (masih dilingkungan UNSOED) Purwokerto.
Seusai pengajian -sekitar jam 02.00 an- saya akhirnya mendapatkan kesempatan untuk sowan sekaligus ber bai'at menjadi santri Jamaah Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah langsung dengan KH Syaikh Syarif Nurkholis (Mbah Nur).
Alhamdulillah , semenjak ikut bai'at dan rutin mengamalkan dzikir-dzikir yang telah di ajarkan oleh sang mursyid,hatiku menjadi tenang,tentram dan aku merasakan ada kedamaian di bathinku.
Memang saya tidak pernah menentang atau bahkan sampai menjelek-jelekkan mereka,cuma saya merasa tidak sreg saja dengan polah tingkah mereka.
Namun lama kelamaan timbul juga rasa penasaran di hatiku,siapa mereka dan apa enaknya berdzikir dengan gaya dan model yang aneh begituan. Setiap hari aku selalu memikirkan dan terus berusaha mencari informasi tentang jamaah "gela gelo" -soalnya kalau sedang dzikir kepalanya bergoyang-goyang alias gelagelo- ini.
Kebetulan salah satu dari jamaah TPQ Al Wasilah yang saya kelola sudah ada yang ikut jamaah "gela gelo" ini. Alhasil dari ngobrol-ngobrol dengan temanku itu aku jadi tertarik juga untuk mengenal lebih jauh jamaah dzikir itu.
Setelah skian lama mempertimbangkan dan menunggu,akhirnya bertepatan dengan malam 11 dzul hijjah 1426 hijriyyah, saya ikut berangkat untuk mengikuti pengajian "welasan" yang rutin di adakan di Pondok Pesantren Assalafiyyah Karangwangkal Purwokerto Utara. Selain untuk mendengarkan mauidhoh khasanah dari sang Kyai pondok ini,saya juga sudah berniat untuk sowan kepada sang Kyai.
Begitu saya sampai di Pondok Pesantren tempat di selenggarakannya acara "welasan",saya tidak bisa berkata apa-apa. Batinku bergetar mendengar gemuruh suara kalimat Thoyyibah yang menyembur keluar dari dalam pondok. Laksana suara gelombang air bah,menderu dan saling bersahutan. Aku seperti di hamtam oleh gelombang tsunami mendengar gema kalimat thoyyibah yang di suarakan oleh jamaah "welasan" ini.
Serasa semua tulang-tulang dibadanku di cabuti satu persatu. Lemas dan lunglai keterjang deru suara dzikir ratusan anggota Jamaah Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah yang di pimpin langsung oleh Kyai Haji Syaikh Syarif Nurkholis atau sering di panggil dengan sebutan "Mbah Nur".
Ratusan orang tenggelam dalam lautan dzikir kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH,tak perduli dengan gegap gempitanya kota Purwokerto ataupun beban kehidupan lainnya. Inilah pengajian "welasan" di Ponpes Assalafiyyah jl Suparno Karangwangkal (masih dilingkungan UNSOED) Purwokerto.
Seusai pengajian -sekitar jam 02.00 an- saya akhirnya mendapatkan kesempatan untuk sowan sekaligus ber bai'at menjadi santri Jamaah Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah langsung dengan KH Syaikh Syarif Nurkholis (Mbah Nur).
Alhamdulillah , semenjak ikut bai'at dan rutin mengamalkan dzikir-dzikir yang telah di ajarkan oleh sang mursyid,hatiku menjadi tenang,tentram dan aku merasakan ada kedamaian di bathinku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar