Kamis, 19 Maret 2009

ISTUAN : Makam Pendiri Desa Banyurip Ageng

Dulu, waktu saya masih kecil, para orang tua di Desa (waktu itu belum kelurahan) Banyurip Ageng sering wanti-wanti kepada anak-anak mereka. Jangan suka keluyuran di sekitar "Kuburan Istuan", nanti kena akar mimang (akar jejadian dari bangsa siluman yang bisa bikin orang tersesat).

Ada lagi yang menasehati jangan lewat Istuan waktu "tengangi" (menjelang dluhur) maupun maghrib, sebab bisa dihadang oleh ular Dumung (ular hitam jelmaan jin).

Saya yang waktu itu masih ingusan, jadi manut manut saja pada nasehat orang-orang tua itu. Memang kalau dilihat secara lahiriah saja, makam Istuan sudah kelihatan angkernya. Lokasi makam waktu di tengah perkebunan yang lebat. Kiri kanan makam dikeliling rimbunnya rumpun bambu. Pohon kelapa dan pohon salam, ditambah dengan kurangnya sinar matahari menjamah komplek makam istuan.

Sampai saya beranjak remaja, belum ada bangunan rumah yang menghadap ke komplek makam. Sampai sekarang jati diri makam istuan ini masih misteri bagi warga Banyurip Ageng dan sekitarnya. Karena memang tidak terdapat peninggalan-peninggalan yang bisa dijadikan sebagai bahan penelusuran sejarah siapa yang bersemayam di Istuan ini.

Bahkan sebutan Istuan sendiri merupakan sebutan turun temurun dari orang-orang tua di Banyurip Ageng. Yang maksudnya adalah me-nuan-kan, memulyakan. Akan tetapi walaupun belum jelas identitas siapa yang bersemayam di Istuan, warga Banyurip Ageng dan sekitarnya meyakini secara turun temurun, kalau makam Istuan adalah makam leluhur yang menyebarkan ajaran Islam di Kelurahan Banyurip Ageng dan sekitarnya.

Sedikit informasi yang saya dapatkan tentang makam Istuan, satu diantara dua makam yang ada di komplek Istuan adalah makam Syaikh Abdul Lathif bin Abdurrohman. Beliau inilah yang menjadi tujuan bagi para peziarah di makam Istuan.

Versi periwayatan tentang Syaikh Abdul Lathif Istuan yang banyak saya peroleh adalah, dalam perjalanan dakwahnya di Pekalongan, Syaikh Abdul Lathif menemui suatu perkampungan yang gersang. Sampai-sampai untuk kebutuhan bersucipun mesti dengan cara tayamum.

Dengan petunjuk Allah SWT, Syaikh Abdul Lathif dalam perjalanan dakwahnya, menemukan pohon kelapa berlobang yang didalamnya terdapat endapan air. Oleh Syaikh Abdul Lathif air ini dimanfaatkan, terutama untuk bersuci.

Keajaibanpun terjadi, tentunya atas Izin dan Kekuasaan Allah SWT, air ini bukannya habis karena sering dipakai, akan tetapi setiap kali di ambil malah semakin bertambah banyak. Bahkan sampai berlimpah dan mengalir sampai ke sekitar pohon kelapa tadi. Bahkan, menurut versi lain air ini termasuk air yang bakal kekal keberadaannya.

Menurut cerita orang-orang tua, dahulu Raden Kertojoyo ( pembuka Desa Kertijyan) pernah di kejar kejar oleh utusannya Mbah Wali Rogoselo karena suatu masalah.

Raden Kertojoyo sudah hampir menyerah karena kelelahan dan nyaris pingsan. Beliau tergeletak tepat di dekat pohon kelapa yang terdapat air keramatnya ini. Tanpa banyak pikir, Raden Kertojoyo langsung minum air yang mengalir dari pohon kelapa ini. Dan keajaibanpun terjadi, dengan Izin dan Kuasa Allah SWT, Raden Kertojoyo yang tadinya sudah lemah lunglai sontak kembali gagah dan bisa berlari cepat. Bahkan bisa menghilang.

Satu hal lagi informasi yang saya peroleh dari para orang tua, Syaikh Abdul Lathif Istuan termasuk salah satu ulama yang ikut menjadi pendiri Kota Pekalongan.

Kegiatan di Makam Istuan Banyurip Ageng

Komplek makam Istuan yang lokasinya di sebelah selatan Kelurahan Banyurip Ageng Rt. 01 Rw. 05 Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan, sekarang sudah berbeda jauh dengan keadaan sewaktu saya kecil dulu. Dulu tidak banyak warga Banyurip Ageng yang melakukan ziarah ke makam ini. Paling ada beberapa orang yang tekun melakukan perawatan sekaligus ziarah di makam Istuan ini.

Makam Istuan mulai ramai di ziarahi masyarakat Banyurip Ageng dan sekitarnya setelah KH Thohir bin Abdul Fattah Jenggot sering melakukan ziarah bersama jamaah Dalailul Khairot yang di pimpinnya, yaitu sekitar tahun 1995-nan. Bahkan makam Istuan yang dulunya gelap dan kumuh, sekarang sudah berubah dengan bangunan megah dan permanen.

Apalagi setelah Haji Agus Manaf bin Abdurrohman pulang dari menuntut ilmu di Timur Tengah dan membuka pengajian rutin setiap malam rabu ba'da maghrib, komplek pemakaman Istuan ini jadi ramai. Karena setiap malam rabu ini Haji Agus Manaf menggelar pembacaan Rotibbul Haddad dan dzikir istuany di rumahnya yang ada di depan makam.

Jamaah Rotibul Haddad dan Dzikir Istuany pimpinan Haji agus juga menyelenggarakan ziarah rutin tiap malam ahad pahing bersama jamaah Sholawat Kamaliah "Kawula Muda Sadarlah" pimpinan Ustadz Arwani Nasrurohman Fauzan.

Sedangkan Jamaah Yasiin dan Tahlil musholla An-Nur yang dari awal sebelumnya sering melakukan ziarah tiap akhir tahun maupun tiap bulan, sekarang jamaah yasin ini mengambil waktu ziarah rutin setiap malam jum'at pahing.

Makam Istuan jadi lebih semarak lagi dengan kegiatan keagamaan setelah jamaah tahfidz ibu-ibu juga rutin mengadakan ziarah ke makam ini setiap hari selasa wage.

Sumber : Sadeli (almarhum), Haji Agus Manaf dan lain-lain.
Photo : Khusni ws

Tidak ada komentar:

Posting Komentar